Minggu, 29 September 2013

hipotermi


MAKALAH KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL
PENATALAKSANAAN BAYI DENGAN HIPOTERMY
Dosen Pengampu : INDRAYANI HARAHAP, S.Kep, Ns

Di Susun Oleh :
Kelompok  X

1.      MUSLIMAH
2.      NIKE RUSPADILA
3.      NOFITRIANA

Kelas II A
AKADEMI KEBIDANAN KELUARGA BUNDA JAMBI
TAHUN AKADEMIK 2013/2014



KATA PENGANTAR

       Tiada kata yang lebih utama melainkan rasa syukur  kami panjatkan  kepada ALLAH SWT, atas kesempatan ,kesehatan dan inayahnya hingga makalah ini dapat kami selesaikan.
Dan tak lupa pula sholawat beserta salam kami kirimkan pada baginda nabi MUHAMMAD SAW,yang telah membawa umat pada zaman yang terang benderang.

      Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu mata kuliah Kegawatdaruratan Matenal dan Neonatal yang telah memberikan petunjuk atas makalah ini,serta ucapan terima kasih kepada Kelompok X yang telah berpartisipasi untuk menyelesaikan pembuatan makalah ini.

      Makalah ini menjelas bagaimana mengenai Penatalaksanaan Bayi Dengan Hipotermy, serta menguraikan beberapa penjelasan mengenai Hipotermi.

     Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua,dan mohon maaf jika masih banyak terdapat kesalahan pada makalah ini maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca terutama dari Dosen Pengampu untuk penyempurnaan makalah ini agar lebih baik lagi.






     Jambi ,        Maret 2013





                                                                                                       Penulis




DAFTAR ISI
        KATA PENGANTAR
        BAB I PENDAHULUAN
1.1.         Latar Belakang masalah
1.2.         Rumusan Masalah
1.3.         Tujuan Makalah

BAB II PEMBAHASAN
 2.1  HIPOTERMI
2.1.1  Defenisi
2.1.4  Pencegahan dan Penanganan
BAB III PENUTUP
3.1        Kesimpulan
3.2        Saran
DAFTAR PUSTAKA






BAB I
PENDAHULUAN
1.4.         Latar Belakang masalah
Hipotermi merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas pada neonatal. Menurut laporan LB3 Dinkes Subdinbindal Yogyakarta 2003 angka kematian bayi sebesar 281 dari 23,53/1000 kelahiran hidup. Saat ini telah dikembangkan tindakan untuk mencegah hipotermi pada neonatal yaitu dengan menunda memandikan sampai suhu tubuh bayi stabi atau 6 jam setelah kelahiran bayi.
Hipotermi pada bayi baru lahir perlu mendapat perhatian dari para petugas kesehatan dan khususnya calon ibu yang akan memiliki anak. Mereka perlu memiliki pengetahuan tentang bagaimana cara menangani bayi baru lahir dan memberlakukan bayi ketika bayi baru lahir.

1.5.         Rumusan Masalah
Penanganan yang salah terhadap bayi bisa menyebabkan dampak negatif bagi mereka. Sebagai contoh terjadinya hipotermi pada bayi disebabkan oleh kebiasaan/perilaku yang salah seperti mengeringkan dan membersihkan tubuh bayi menunggu setelah plasenta lahir, memandikan bayi dilakukan segera setelah lahir, membersihkan lemak bayi segera setelah lahir, memercikkan air hangat / air dingin / air kembang / minyak wangi pada bayi baru lahir yang tidak menangis (untuk merangsang pernafasan) , mengosok tubuh bayi dengan minyak kayu putih / obat gosok , bayi baru lahir tidak segera didekapkan / dipisah /tidak segera disusui oleh ibunya. Semua kebiasaan diatas justru mengakibatkan suhu tubuh bayi mengalami penurunan.Hipotermi merupakan salah satu penyebab tersering dari kematian bayi baru lahir. Oleh karena itu para petugas kesehatan harus melakukan tindakan



pencegahan terjadinya hipotermi di tingkat pelayanan dasar. Sebaiknya para petugas kesehatan memiliki penguasaan dalam mencegah dan menangani hipotermi pada bayi baru lahir untuk memberikan dampak positif yang sangat berarti dalam mencegah terjadinya kematian. Begitu pula dengan ibu, penolong persalinan, dan keluarga di rumah yang bisa dengan mudah mencegah terjadinya hipotermi.

1.6.         Tujuan Makalah
a.       Agar mahasiswa mampu menjelaskan dan mengidentifikasi suatu proses terjadinya Hipotermi pada bayi .
b.      Agar mahasiswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan dan melakukan penatalaksanaan yang sesuai pada Hipotermi.
c.       Agar mahasiswa mampu melakukan tindakan yang sesuai dengan kewenangan dan berpartisifasi dalam menekan AKB (Angka Kematian Bayi)












BAB II
PEMBAHASAN
2.1 HIPOTERMI
2.1.1 Defenisi
Hiportemi adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal. Adapun suhu normal bayi adalah36,5-37’5 c (suhu ketiak). Gejala awal hipotermi apabila suhu <36 c atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. bila seluruh tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah mengalami sedang (suhu 32-36 c).  Disebut hipotermi berat bila suhu <32c, diperlukan termometer ukuran rendah (lown reading thermometer) yang dapat mengukur sampai 25c( yayasan bina pustaka sarwono  prawirahardjo, 2006) . disamping sebagai suatu gajala , hipotermi merupakan awal sandra M.T . (1997) bahwa hipotermi yaitu kondisi di mana suhu inti tubuh turun sampai dibawah 35c. (Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita, hal 283: Ai Yeyeh Rukiyah, S.Si.T DKK)
Hipotermi adalah kondisi ketika ekstremitas bayi terasa dingin dan sering menangis karena produksi panas yang kurang akibat sirkulasi yang masih belum sempurna,respirasi yang masih lemah dan konsumsi oksigen yang rendah, inaktifitas otot, serta asupan makanan yang rendah. (Asuhan Neonatus Bayi dan Balita, hal.19 : Rochman K.M.,S.Pd,SKM .DKK)
2.1.2 Etiologi
 Penyebab terjadinya hipotermi pada bayi yaitu : jaringan lemak subkutan tipis , perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar , cadangan glikogen dan brown fat sedikit , BBL (bayi baru lahir ) tidak mempunyai respon shivering (menggigil) pada reaksi kedinginan , kurang ya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang beresiko tinggi mengalami hipotermi .
Mekanisme hilangnya panas pada bayi baru lahir yaitu dengan:
a.       Radiasi :dari objek ke panas bayi , contoh : timbangan bayi dingin tanpa alas
b.      evaporasi: karena penguapan cairan yang melekat pada kulit , contoh : air ketuban pada tubuh bayi  baru lahir , tidak dapat  dikeringkan.
c.       konduksi: panas tubuh diambil oleh suatu permukaan yang melekat di tubuh , contoh: pakain bayi yang basah tidak cepat di ganti.
d.      konveksi : penguapan dari tubuh ke udara, contoh: angin di sekitar tubuh bayi baru lahir . (asuhan neonatus bayi dan balit, hal 284)
2.1.3 akibat-akibat hipotermi
akibat –akibat yang ditimbulkan oleh hipotrmi akibat yang bisa ditimbulkan oleh yaitu : hipoglikemia sidosis metabolisme anaerob , kebutuhan oksigen yang meningkat sehingga pertumbuhan terganggu , gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan pulmonal yang menyertai hipotermi berat , shock, apnea,perdarahan intra ventricular.
2.1.4 pencegahan dan penanganan
Hipotermi pemberian panas yang mendadak , berbahaya karena dapat terjadi apnea sehingga sehingga di rekomendasikan penghangatan 0,5 -1c tiap jam ( pada bayi <1000 gram penghangatan maksimal 0,6c) .(indarso ,f 2001). Alat-alat inkubator untuk bayi < 1000 gram , sebaiknya diletakkan dalam inkubator .bayi –bayi tersebut dapat tahan terhadap suhu lingkungan 30c .radiant warner adalah alat yang digunakan untuk bayi yang belum stabil atau untuk tindakan –tindakan . dapat menggunakan servo controle ( dengan menggunakan probe untuk kulit ) atau non servo controle ( dengan mengatur suhu yang dibutuhkan secara manual). (asuhan neonatus bayi dan balita ,hal 284-285).



2.1.5 penatalaksanaan neonatus resiko tinggi
Mempertahankan suhu tubuh untuk mencegah hipotermi menurut indarso, f(2001) menyatakan bahwa untuk mempertahankan suhu tubuh bayi dalam mencegah hipotermi adalah:
1)      Menyiapkan tempat melahirkan yang hangat , kering dan bersih .
2)      Mengeringkan tubuh bayi yang baru lahir dengan handuk yang kering dan bersih
3)      Menjaga bayi hangat dengan cara mendekap bayi di dada ibu dengan kedua ya diselimuti ( metode kangguru)
4)      Memberi ASI sedini mungkin segera setelah melahirkan agar dapat merangsan pooting reflex dan bayi memperoleh kalori dengan:1) menyusui bayi ; 2) pada bayi kurang bulan yang belum bisa menetek ASI diberikan dengan sendok dan pipet ;3) selama memberikan ASI bayi dalam dekapan ibu agar tetap hangat.
5)      Mempertahan kan bayi tetap hangat selama dalam perjalanan pada waktu rujukan.
6)      Memberikan penghangatan pada bayi baru lahir secara mandiri.
7)      Melatih semua orang yang terlibat dalam pertolongan persalinan. Menunda memandikan bayi lahir sampai suhu tubuh normal untuk mencegah terjadinya seranagan dingin, ibu atau keluarga dan penolong persalinan harus menunda memandikan bayi.
Bayi yang mengalami hipotermi biasanya mudah sekali meninggal. Tindakan yang harus dilakukan adalah segera menghangat bayi dalam inkubator atau melalui penyinaran lampu. Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan setiap orang ialah metode dekapan ibunya dan keduanya diselimuti agar bayi senantiasa hangat.
 Bila tubuh bayi masih dingin , gunakan selimut atau kain hangat yang diseterika terlebih dahuku yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu.lakukan berulang kali sampai tubuh bayi hangat. Tidak boleh memakai buli-buli panas,bahaya luka bakar. Biasanya bayi hipotermi  menderita hipoglikemia sehingga bayi harus di beri ASI sedikit-sedikit dan sering mungkin. Bila bayi tidak dapat menghisap beri infus glukosa 10 % sebanyak 60-80ml/ kg per hari.
Hipotermi didefinisikan sebagai nilai suhu dibawah 36c ( morris 1994). Ketika suhu tubuh dibawah level ini, bayi ada dalam resiko “ cold stress”. Hal ini dapat menyebabkan komplikasi seperti peningkatan pemakaian O2 ,produksi asm laktat ,apnoea, penurunan koagluasi  penurunan  darah dan yang paling sering kita temui adalah hypoglikemia. Pada bayi prenterm ,” cold stress” dapat menyebabkan penurunan pengeluaran dan sintesis surfaktan. ( midewiferi), membiarkan bayi dalam keadaan dingin, meningkatkan kematian dam morbiditas. Setelah lahir, suhu tubuh bayi menurun dengan cepat. Suhu tubuh bayi yang sehat akan mencoba menyesuaikan temperatur denagan batas yang normal. ( asuhan neonatus bayi dan anak balita, hal 285-286)
2.1.6  penyebab hipotermi
Hipotermi pada bayi baru lahir dapat dicegah ,jika seorang bidan dapat memprediksi dengan melihat beberapa penyebab antara lain : asphyksia yang hebat, rsusitasi yang ekstensive ,lambat sewaktu mengeringkan bayi, lebih sering terjadi hipotermi dari pada hipetemia , pada bayi prematur atau bayi kecil yang memiliki cadanagan glukosa yang sedikit.
2.1.7 ciri-ciri hipotermi pada bayi baru lahir atau neonatus
Beberapa ciri jika seorang bayi mengalami hipotermi antara lain : bayi menggigil, walau biasanya ciri ini tidak mudah terlihat  pada bayi kecil , kulit anak terlihat belang-belang , merah campur putih atau timbul bercak-bercak ,anak terlihat apatis atau tetap saja dibiarkan  , maka anak sebut tersebut bisa berhenti nafas , puncaknya , anak bisa terkena hipotermi dan meninggal.
2.1.8  gejala hipotermia bayi pada bayi baru lahir
Gejala hipotermia pada bayi baru lahir :  bayi tidak mau minum atau menetek, bayi tampak lesu atau mengantuk saja , tubuh bayi teraba dingin , dalam keadaan berat , denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi mengeras ( sklerema).
-tanda –tanda hipotermia sedang  (stress dingin): aktifitas berkurang ,letargis ,tangisan lemah , kulit bewarna tidak rata (cutis marmorata), kemampuan menagis lemah , kaki teraba dingin.
-tanda-tanda hipotermia berat (cedera dingin ): sama dengan hipotermia sedang , bibir dan kuku kebiruan ,pernapasan lambat, pernapasa tidak teratur , bunyi jantung lambat , selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metabolic , tanda –tanda stadium lanjut hipotermia , muka, ujung kaki dan tangan bewarna merah terang , bagian tubuh lainnya pucat, kulit mengerasmerah  dan timbul oedema terutama pada punggung, kaki dan tangan( sklerema).
2.1.9 penanganan hipotermi bayi baru lahir
Bayi yang mengalami hipotermia biasanya mudah sekali meninngal. Tindakan yang harus dilakukan adalah segera menghangatkan bayi di dalam inkubator atau menilai penyinaran lampu.
Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan oleh setiap orang adalah menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu. Bayi diletakkan telungkup di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi. Untuk menjaga bayi tetap hangat , tubuh ibu dan bayi harus berada di dalam satu pakain (merupakan teknologi tept guna baru ) disebut sebagai metode kangguru. Sebaiknya ibu menggunakan pakain longgar berkancing depan.
Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang disetrika terlebih dahulu, yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu. Lakukanlah berulang kali sampai tubuh bayi hangat.
Biasanya bayi hipotermi menderita hpoglikemia, sehingga bayi harus diberi ASI sedikit-sedikit sesering mungkin. Bila bayi tidak mengisap, diberi infus glukosa 10% sebanyak 60-80 ml/ kg per hari. (asuhan neonatus bayi dan balita, hal : 290, ai yeyeh rukiyah S.Si.)






BAB III
                                                                    PENUTUP
3.3        Kesimpulan
Bayi dengan suhu badan di bawah normal biasa di sebut dengan bayi hipotermi. Hipotermi ini biasanya terjadi pada bayi yang baru saja lahir. Pada bayi neonatus suhu normalnya adalah 36,5 – 37,5 derajat Celsius (suhu ketiak). Apa bila suhu < 36 derajat Celsius, kedua kaki dan tangan terasa dingin kita mesti mewaspadainya karena ini merupakan gejala awal hipotermi.
Pada saat suhu cuaca dingin, suhu badan bayi cendrung menurun. Hal ini lah yang memungkinkan terjadinya hipotermi. Langkah awal yang harus kita lakukan kalau bayi terserang hipotermi adalah mengenali gejala-gejala yang terjadi dan segera lakukan pertolongan pertama dengan cara menghangatkan tubuh si bayi, dekaplah tubuh bayi ke dada si ibu dan beri selimut serta topi pada bayi dan dan atur temperature ruangan bayi.

3.2.            Saran
1.   Lakukan  upaya pencegahan hipotermi pada bayi baru lahir dilakukan dengan benar mengeringkan dan melakukan kontak kulit langsung dengan ibu.
2.    Jaga suhu ruangan selama dan setelah kelahiran bayi karna sangat besar pengaruhnya pada bayi baru lahir yang dapat menyebabkan hipotermi.
3.   cegah hipotermi dengan mempertahankan tubuh bayi tetap hangat melalui metode ”kanguru” dan memenuhi kebutuhan kalorinya dengan memberi ASI sedini mungkin (30 menit setelah bayi lahir).





DAFTAR PUSTAKA
Ai Yeyeh.R  & Lia Yulianti, 2010. Asuhan Neonatus Bayi & Anak Balita, Jakarta: TIM
Rochman, DKK, 2012. Asuhan Neonatus Bayi &  Balita, Jakarta: EGC
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar