Kamis, 02 Oktober 2014

BUNDA harus tau imunisasi apa saja untuk buah hati :)

IMUNISASI WAJIB

Sebagai usaha pencegahan terjangkitnya bayi dari penyakit yang berbahaya, sejak 1977 pemerintah Indonesia mencanangkan program imunisasi untuk setiap bayi di Indonesia, disebut program imunisasi wajib, yakni imunisasi yang harus diberikan pada anak sesuai jadwal yang sudah ditentukan. Nah, berikut ini imunisasi yang wajib diberikan kepada bayi.

1. Imunisasi BCG
Bertujuan mencegah penyakit TB (tuberkulosis). Bisa diberikan sejak bayi baru lahir, namun paling efektif saat bayi usia 1—2 bulan. Imunisasi BCG diberikan sekali dan tak perlu diulang (kecuali kalau gagal), antibodi akan terus ada seumur hidup. Diberikan dengan cara disuntikkan menyusur kulit, umumnya di lengan kanan atas. Satu-dua bulan setelah disuntik terdapat luka kecil yang tak jarang hingga bernanah. Jangan khawatir karena itu merupakan tanda pemberian imunisasi BCG berhasil, selain munculnya benjolan kecil. Apabila tak muncul benjolan, imunisasi harus diulang sebelum anak berusia 1 tahun.
Selain karena cara penyuntikan yang salah, imunisasi bisa gagal (tidak jadi) lantaran daya tahan tubuh anak kurang bagus atau anak kurang gizi. Tubuh anak yang kurang gizi atau daya tahannya tidak bagus, tidak akan mampu membuat zat-zat tertentu yang dibutuhkan untuk membuat zat anti. Umumnya imunisasi BCG tidak menyebabkan efek samping, yang terjadi adalah pembengkakan kelenjar getah bening setempat yang terbatas dan biasanya akan sembuh sendiri.

2. Imunisasi Hepatitis B
Bertujuan mencegah kerusakan hati. Diberikan sebanyak 3 kali, suntikan pertama pada 12 jam setelah kelahiran, suntikan kedua saat usia 1 bulan, suntikan ketiga di usia 6 bulan. Pada anak, suntikan diberikan intramuskuler di lengan, sementara pada bayi lewat anterolateral paha. Bila ibu terbukti mengidap hepatitis B, diberikan imunisasi tambahan dengan imunoglobulin anti hepatitis B sebelum 24 jam, selanjutnya bayi mendapat imunisasi hepatitis B pada 24 jam setelah lahir, jadwal berikutnya sama dengan anak lain.
Meski sangat jarang, pada beberapa anak mungkin akan muncul keluhan nyeri di bekas suntikan yang disertai demam ringan. Jangan khawatir karena reaksi ini akan hilang dengan sendirinya dalam waktu 1—2 hari. Imunisasi ini tidak dapat diberikan pada anak yang sedang sakit berat. Pada ibu hamil, imunisasi ini bisa diberikan dengan keuntungan ganda, selain melindungi ibu, juga melindungi janin selama dalam kandungan maupun bayi sampai beberapa bulan setelah lahir.

3. Imunisasi DPT
Bertujuan mencegah penyakit difteri, pertusis, tetanus (DPT). Imunisasi ini diberikan sebanyak 5 kali. DPT I sampai III harus diberikan sebelum bayi berusia setahun, umumnya di usia 2 bulan (DPT I), usia 4 bulan (DPT II), dan usia 6 bulan (DPT III). Berikutnya, DPT IV diberikan di usia 18 bulan dan DPT V di usia 5 tahun. Kemudian, di usia 12 tahun, anak bisa mendapat suntikan TT (Tetanus Toksoid).
Setelah imunisasi DPT, reaksi yang umum terjadi, anak akan merasa tangan/kaki pegal, kelelahan, kurang nafsu makan, muntah, rewel, dan demam. Ada yang demamnya biasa, namun pada beberapa anak muncul demam tinggi (37,5°C—40°C). Orangtua tak perlu khawatir karena demam ini akan turun dalam waktu 1—2 hari setelah diberikan obat penurun demam. Akan tetapi, kalau setelah 2 hari tak kunjung turun atau anak mempunyai riwayat kejang, segera bawa ke dokter. Bisa juga memilih menggunakan vaksin DPT asesuler dengan dampak efek samping demam lebih minimal, terutama bagi yang punya riwayat kejang. Imunisasi DPT tidak boleh diberikan pada anak dengan riwayat epilepsi.

4. Imunisasi Polio
Sesuai dengan namanya, imunisasi polio bertujuan mencegah penyakit polio. Imunisasi polio diberikan dengan cara suntikan (Inactived Poliomyelitis Vaccien/IPV) atau melalui mulut (Oral Poliomyelitis Vaccien/OPV). Khusus untuk di Indonesia, imunisasi polio hanya diberikan dengan cara oral. Imunisasi polio diberikan 6 kali; pertama diberikan saat lahir, selanjutnya di usia 2, 4, dan 6 bulan. Selepas usia bayi, diberikan pada usia 18 bulan dan 5 tahun. Biasanya diberikan berbarengan dengan imunisasi DPT.
Meskipun jarang muncul efek samping, tetapi pada beberapa anak ada yang mengalami Paralitik Poliomyelitis (Vaccine Associated Paralytic Poliomyelitis/VAPP) yaitu lumpuh layuh akut yang terjadi pada 4—40 hari setelah diberikan vaksin OPV. Saat ini telah tersedia vaksin polio inaktif (IPV), berupa suntikan mengandung virus polio yang dimatikan, sehingga aman diberikan tanpa ada risiko lumpuh layuh (VAPP). Bahkan, boleh diberikan pada anak dengan gangguan sistem kekebalan tubuh (immunocompromize) sekalipun.
Imunisasi polio OPV berupa virus hidup tidak boleh diberikan bila anak dalam keadaan demam (38,5°C), ada penyakit akut, muntah, diare, sedang menerima pengobatan kortikosteroid, pengobatan radiasi umum, penyakit kanker/keganasan, penderita HIV/AIDS. Intinya, imunisasi polio aman diberikan, belum ada dalam literatur anak yang meninggal karena imunisasi polio.

5. Imunisasi Campak
Bertujuan mencegah penyakit campak, diberikan 2 kali pada usia 9 bulan dan 6 tahun. Penentuan usia 9 bulan berdasar pertimbangan di usia tersebut antibodi dari ibu sudah menurun. Bila sampai usia 12 bulan anak belum mendapat imunisasi campak, maka direkomendasikan untuk mendapat imunisasi MMR (Measles, Mumps, Rubella).
Bila anak sudah pernah terkena campak, tubuh akan membentuk antibodi secara alami sehingga kecil kemungkinan akan terpapar lagi. Campak hanya akan menyerang sekali seumur hidup, kalau ada yang mengatakan berulang, bisa jadi diagnosis sebelumnya kurang tepat. Karenanya anak yang sudah pernah terkena campak tak perlu diimunisasi lagi. Bahkan, imunisasi MMR untuk anak usia 6 tahun mensyaratkan belum pernah terkena campak sebelumnya; kalau sudah, tidak perlu diberikan.
Umumnya tidak ada efek samping yang ditimbulkan dari imunisasi ini, namun pada beberapa anak muncul reaksi demam atau diare. Biasanya demam ringan satu minggu setelah imunisasi dan akan hilang setelah 1—2 hari. Kadang ada juga efek kemerahan selama 3 hari, mulai hari ke-7 setelah imunisasi. Bercak kemerahan ini seperti campak tapi jauh lebih ringan. Untuk mengatasi reaksi tersebut bisa dengan banyak minum, memakai baju yang tipis atau minum obat turun panas.

Apakah sikecil tidur dengan nyenyak??

 

 

 

 

Gaya Tidur Bayi yang Perlu Diperbaiki

Catnapper atau Tidur Kucing
Beberapa bayi ada yang waktu tidurnya tidak panjang. Hanya sekitar 30 sampai 45 menit saja tetapi sering. Tidak hanya tidur kucing, mereka juga punya jadwal tidur yang tidak bisa diprediksi. Akibatnya orang tua sibuk mengurusi bayinya yang sering bangun yang berujung pada pekerjaan rumah menjadi tertunda.
Cara mengatasi: Kasus tidur kucing ini memang tidak umum. “Banyak bayi yang tidur kucing sebanyak tiga atau empat kali sehari sampai usia mereka 9 atau 10 bulan. Itu masih batas normal,” kata ahli kesehatan anak masalah tidur Jodi Mindell, PhD. dan pengarang buku Sleeping Through the Night. Jangan kaget bila bayi yang awalnya tidur lama kemudian esoknya tidur sebentar tapi sering. Hal itu akan menjadi rutin pada bayi usia dibawah 1 tahun. “Bayi yang terbiasa tidur kucing akan tidur selama satu setengah atau dua jam setelah tidur yang terakhir,” kata Mindell. Jika mau bayi Anda punya jadwal tidur yang teratur, bangunkan dia pada waktu yang sama setiap pagi (kira-kira pukul 7.30). Tidurkan si kecil dua jam kemudian. Jangan sampai si bayi mengusap matanya atau rewel sebelum tidur. Itu tandanya ia terlalu lelah.

Bayi bangun terlalu cepat
Kristen Napoleon biasa membangunkan anaknya Jamey sebelum matahari terbit. “Awalnya saya sangat senang karena anak saya tidak rewel saat dibagunkan,” kata ibu dari Pittsburgh. “Tapi saya pikir kasihan juga harus bangun pagi buta.”
Cara mengatasi: Bayi normal bangun tidur pukul 5 atau 6 pagi. “Jika Anda menidurkannya pada pukul 6 atau 7 malam, maka ia akan tidur semalaman penuh,” kata Mindell. Melambatkan waktu tidur 15 menit kadang bisa membantu si kecil tidak bangun pagi buta. Coba bangunkan anak Anda pada tengah malam, nyalakan lampu agak terang, atau bicara dengan nada pelan tapi bisa didengar. Tengok apakah bayi Anda merasa terusik atau tidak. Jika tidak berarti malaikat kecil Anda tidurnya nyenyak. Biarkan ia bangun sendiri.

Bayi Tidur Pilih Tempat
Anak ketiga Mary Elena biasa tidur di mobil saat mengantarkan anak pertamanya les piano. Begitu sampai di rumah anaknya tidak mau tidur sama sekali. Parahnya, saat bepergian anak Mary ini pernah tidur di mobil sepuluh menit. Begitu sampai tujuan ia tidak mau tidur lagi. Sementara Anak Cathy Hale punya masalah sebaliknya. Anaknya selalu tidur di rumah. “Saya memang melatihnya supaya betah tidur di rumah sejak lahir. Kata ibu tiga anak ini. “Tapi akibatnya saya jadi tidak bisa keluar malam karena harus menemaninya tidur.”
Cara mengatasi: “Bayi yang tidur pilih-pilih tempat karena dibiasakan. Bukannya bawaan lahir,” kata Psikolog anak Ethan Benore, PhD. “Orang tua biasanya secara tidak sengaja mengajarkan bayi untuk menjadi pemilih,” lanjutnya. “Misalkan Anda biasanya menepok-nepok bokong anak Anda saat tidur. maka sampai ia agak besar akan terbiasa dan kebiasaan itu sulit diubah.” Jika mau bayi Anda tidur di rumah, maka Anda harus membuatnya menjadi prioritas. Gunakan segala cara untuk membuat rumah menjadi tempat yang nyaman untuk tidur si kecil.
Buat bayi yang tidak mau tidur dimana pun selain rumah, tak terlalu masalah. Pergi dan menginaplah di tempat saudara atau hotel sepekan seklai untuk membuatnya terbiasa tidur di tempat yang baru. Sepekan sekali cobalah tidurkan bayi Anda pada pagi hari, dan cobalah membuatnya terjaga setelah setelah pukul 7 malam. Jika Anda harus pergi ke luar rumah pada malam hari, jangan bungkus si kecil dengan bungkusan yang nyaman. Hal itu akan membuatnya tidak tidur.

Bayi yang Tidurnya Mudah Terganggu
Suara akan membuat bayi Anda tidak bisa tidur nyenyak. Kucing lewat, bunyi klakson atau sinar matahari yang menembus jendela pasti akan membuatnya bangu dll.
perhatikan kenyamanan tidur bayi anda ya bunda,,agar malaikat kecil anda merasa tenang dan nyenyak :)

semoga bermanfaat..

Raksasa juara by AKB




(y)