Kamis, 02 Oktober 2014

BUNDA harus tau imunisasi apa saja untuk buah hati :)

IMUNISASI WAJIB

Sebagai usaha pencegahan terjangkitnya bayi dari penyakit yang berbahaya, sejak 1977 pemerintah Indonesia mencanangkan program imunisasi untuk setiap bayi di Indonesia, disebut program imunisasi wajib, yakni imunisasi yang harus diberikan pada anak sesuai jadwal yang sudah ditentukan. Nah, berikut ini imunisasi yang wajib diberikan kepada bayi.

1. Imunisasi BCG
Bertujuan mencegah penyakit TB (tuberkulosis). Bisa diberikan sejak bayi baru lahir, namun paling efektif saat bayi usia 1—2 bulan. Imunisasi BCG diberikan sekali dan tak perlu diulang (kecuali kalau gagal), antibodi akan terus ada seumur hidup. Diberikan dengan cara disuntikkan menyusur kulit, umumnya di lengan kanan atas. Satu-dua bulan setelah disuntik terdapat luka kecil yang tak jarang hingga bernanah. Jangan khawatir karena itu merupakan tanda pemberian imunisasi BCG berhasil, selain munculnya benjolan kecil. Apabila tak muncul benjolan, imunisasi harus diulang sebelum anak berusia 1 tahun.
Selain karena cara penyuntikan yang salah, imunisasi bisa gagal (tidak jadi) lantaran daya tahan tubuh anak kurang bagus atau anak kurang gizi. Tubuh anak yang kurang gizi atau daya tahannya tidak bagus, tidak akan mampu membuat zat-zat tertentu yang dibutuhkan untuk membuat zat anti. Umumnya imunisasi BCG tidak menyebabkan efek samping, yang terjadi adalah pembengkakan kelenjar getah bening setempat yang terbatas dan biasanya akan sembuh sendiri.

2. Imunisasi Hepatitis B
Bertujuan mencegah kerusakan hati. Diberikan sebanyak 3 kali, suntikan pertama pada 12 jam setelah kelahiran, suntikan kedua saat usia 1 bulan, suntikan ketiga di usia 6 bulan. Pada anak, suntikan diberikan intramuskuler di lengan, sementara pada bayi lewat anterolateral paha. Bila ibu terbukti mengidap hepatitis B, diberikan imunisasi tambahan dengan imunoglobulin anti hepatitis B sebelum 24 jam, selanjutnya bayi mendapat imunisasi hepatitis B pada 24 jam setelah lahir, jadwal berikutnya sama dengan anak lain.
Meski sangat jarang, pada beberapa anak mungkin akan muncul keluhan nyeri di bekas suntikan yang disertai demam ringan. Jangan khawatir karena reaksi ini akan hilang dengan sendirinya dalam waktu 1—2 hari. Imunisasi ini tidak dapat diberikan pada anak yang sedang sakit berat. Pada ibu hamil, imunisasi ini bisa diberikan dengan keuntungan ganda, selain melindungi ibu, juga melindungi janin selama dalam kandungan maupun bayi sampai beberapa bulan setelah lahir.

3. Imunisasi DPT
Bertujuan mencegah penyakit difteri, pertusis, tetanus (DPT). Imunisasi ini diberikan sebanyak 5 kali. DPT I sampai III harus diberikan sebelum bayi berusia setahun, umumnya di usia 2 bulan (DPT I), usia 4 bulan (DPT II), dan usia 6 bulan (DPT III). Berikutnya, DPT IV diberikan di usia 18 bulan dan DPT V di usia 5 tahun. Kemudian, di usia 12 tahun, anak bisa mendapat suntikan TT (Tetanus Toksoid).
Setelah imunisasi DPT, reaksi yang umum terjadi, anak akan merasa tangan/kaki pegal, kelelahan, kurang nafsu makan, muntah, rewel, dan demam. Ada yang demamnya biasa, namun pada beberapa anak muncul demam tinggi (37,5°C—40°C). Orangtua tak perlu khawatir karena demam ini akan turun dalam waktu 1—2 hari setelah diberikan obat penurun demam. Akan tetapi, kalau setelah 2 hari tak kunjung turun atau anak mempunyai riwayat kejang, segera bawa ke dokter. Bisa juga memilih menggunakan vaksin DPT asesuler dengan dampak efek samping demam lebih minimal, terutama bagi yang punya riwayat kejang. Imunisasi DPT tidak boleh diberikan pada anak dengan riwayat epilepsi.

4. Imunisasi Polio
Sesuai dengan namanya, imunisasi polio bertujuan mencegah penyakit polio. Imunisasi polio diberikan dengan cara suntikan (Inactived Poliomyelitis Vaccien/IPV) atau melalui mulut (Oral Poliomyelitis Vaccien/OPV). Khusus untuk di Indonesia, imunisasi polio hanya diberikan dengan cara oral. Imunisasi polio diberikan 6 kali; pertama diberikan saat lahir, selanjutnya di usia 2, 4, dan 6 bulan. Selepas usia bayi, diberikan pada usia 18 bulan dan 5 tahun. Biasanya diberikan berbarengan dengan imunisasi DPT.
Meskipun jarang muncul efek samping, tetapi pada beberapa anak ada yang mengalami Paralitik Poliomyelitis (Vaccine Associated Paralytic Poliomyelitis/VAPP) yaitu lumpuh layuh akut yang terjadi pada 4—40 hari setelah diberikan vaksin OPV. Saat ini telah tersedia vaksin polio inaktif (IPV), berupa suntikan mengandung virus polio yang dimatikan, sehingga aman diberikan tanpa ada risiko lumpuh layuh (VAPP). Bahkan, boleh diberikan pada anak dengan gangguan sistem kekebalan tubuh (immunocompromize) sekalipun.
Imunisasi polio OPV berupa virus hidup tidak boleh diberikan bila anak dalam keadaan demam (38,5°C), ada penyakit akut, muntah, diare, sedang menerima pengobatan kortikosteroid, pengobatan radiasi umum, penyakit kanker/keganasan, penderita HIV/AIDS. Intinya, imunisasi polio aman diberikan, belum ada dalam literatur anak yang meninggal karena imunisasi polio.

5. Imunisasi Campak
Bertujuan mencegah penyakit campak, diberikan 2 kali pada usia 9 bulan dan 6 tahun. Penentuan usia 9 bulan berdasar pertimbangan di usia tersebut antibodi dari ibu sudah menurun. Bila sampai usia 12 bulan anak belum mendapat imunisasi campak, maka direkomendasikan untuk mendapat imunisasi MMR (Measles, Mumps, Rubella).
Bila anak sudah pernah terkena campak, tubuh akan membentuk antibodi secara alami sehingga kecil kemungkinan akan terpapar lagi. Campak hanya akan menyerang sekali seumur hidup, kalau ada yang mengatakan berulang, bisa jadi diagnosis sebelumnya kurang tepat. Karenanya anak yang sudah pernah terkena campak tak perlu diimunisasi lagi. Bahkan, imunisasi MMR untuk anak usia 6 tahun mensyaratkan belum pernah terkena campak sebelumnya; kalau sudah, tidak perlu diberikan.
Umumnya tidak ada efek samping yang ditimbulkan dari imunisasi ini, namun pada beberapa anak muncul reaksi demam atau diare. Biasanya demam ringan satu minggu setelah imunisasi dan akan hilang setelah 1—2 hari. Kadang ada juga efek kemerahan selama 3 hari, mulai hari ke-7 setelah imunisasi. Bercak kemerahan ini seperti campak tapi jauh lebih ringan. Untuk mengatasi reaksi tersebut bisa dengan banyak minum, memakai baju yang tipis atau minum obat turun panas.

Apakah sikecil tidur dengan nyenyak??

 

 

 

 

Gaya Tidur Bayi yang Perlu Diperbaiki

Catnapper atau Tidur Kucing
Beberapa bayi ada yang waktu tidurnya tidak panjang. Hanya sekitar 30 sampai 45 menit saja tetapi sering. Tidak hanya tidur kucing, mereka juga punya jadwal tidur yang tidak bisa diprediksi. Akibatnya orang tua sibuk mengurusi bayinya yang sering bangun yang berujung pada pekerjaan rumah menjadi tertunda.
Cara mengatasi: Kasus tidur kucing ini memang tidak umum. “Banyak bayi yang tidur kucing sebanyak tiga atau empat kali sehari sampai usia mereka 9 atau 10 bulan. Itu masih batas normal,” kata ahli kesehatan anak masalah tidur Jodi Mindell, PhD. dan pengarang buku Sleeping Through the Night. Jangan kaget bila bayi yang awalnya tidur lama kemudian esoknya tidur sebentar tapi sering. Hal itu akan menjadi rutin pada bayi usia dibawah 1 tahun. “Bayi yang terbiasa tidur kucing akan tidur selama satu setengah atau dua jam setelah tidur yang terakhir,” kata Mindell. Jika mau bayi Anda punya jadwal tidur yang teratur, bangunkan dia pada waktu yang sama setiap pagi (kira-kira pukul 7.30). Tidurkan si kecil dua jam kemudian. Jangan sampai si bayi mengusap matanya atau rewel sebelum tidur. Itu tandanya ia terlalu lelah.

Bayi bangun terlalu cepat
Kristen Napoleon biasa membangunkan anaknya Jamey sebelum matahari terbit. “Awalnya saya sangat senang karena anak saya tidak rewel saat dibagunkan,” kata ibu dari Pittsburgh. “Tapi saya pikir kasihan juga harus bangun pagi buta.”
Cara mengatasi: Bayi normal bangun tidur pukul 5 atau 6 pagi. “Jika Anda menidurkannya pada pukul 6 atau 7 malam, maka ia akan tidur semalaman penuh,” kata Mindell. Melambatkan waktu tidur 15 menit kadang bisa membantu si kecil tidak bangun pagi buta. Coba bangunkan anak Anda pada tengah malam, nyalakan lampu agak terang, atau bicara dengan nada pelan tapi bisa didengar. Tengok apakah bayi Anda merasa terusik atau tidak. Jika tidak berarti malaikat kecil Anda tidurnya nyenyak. Biarkan ia bangun sendiri.

Bayi Tidur Pilih Tempat
Anak ketiga Mary Elena biasa tidur di mobil saat mengantarkan anak pertamanya les piano. Begitu sampai di rumah anaknya tidak mau tidur sama sekali. Parahnya, saat bepergian anak Mary ini pernah tidur di mobil sepuluh menit. Begitu sampai tujuan ia tidak mau tidur lagi. Sementara Anak Cathy Hale punya masalah sebaliknya. Anaknya selalu tidur di rumah. “Saya memang melatihnya supaya betah tidur di rumah sejak lahir. Kata ibu tiga anak ini. “Tapi akibatnya saya jadi tidak bisa keluar malam karena harus menemaninya tidur.”
Cara mengatasi: “Bayi yang tidur pilih-pilih tempat karena dibiasakan. Bukannya bawaan lahir,” kata Psikolog anak Ethan Benore, PhD. “Orang tua biasanya secara tidak sengaja mengajarkan bayi untuk menjadi pemilih,” lanjutnya. “Misalkan Anda biasanya menepok-nepok bokong anak Anda saat tidur. maka sampai ia agak besar akan terbiasa dan kebiasaan itu sulit diubah.” Jika mau bayi Anda tidur di rumah, maka Anda harus membuatnya menjadi prioritas. Gunakan segala cara untuk membuat rumah menjadi tempat yang nyaman untuk tidur si kecil.
Buat bayi yang tidak mau tidur dimana pun selain rumah, tak terlalu masalah. Pergi dan menginaplah di tempat saudara atau hotel sepekan seklai untuk membuatnya terbiasa tidur di tempat yang baru. Sepekan sekali cobalah tidurkan bayi Anda pada pagi hari, dan cobalah membuatnya terjaga setelah setelah pukul 7 malam. Jika Anda harus pergi ke luar rumah pada malam hari, jangan bungkus si kecil dengan bungkusan yang nyaman. Hal itu akan membuatnya tidak tidur.

Bayi yang Tidurnya Mudah Terganggu
Suara akan membuat bayi Anda tidak bisa tidur nyenyak. Kucing lewat, bunyi klakson atau sinar matahari yang menembus jendela pasti akan membuatnya bangu dll.
perhatikan kenyamanan tidur bayi anda ya bunda,,agar malaikat kecil anda merasa tenang dan nyenyak :)

semoga bermanfaat..

Raksasa juara by AKB




(y)

Sabtu, 11 Januari 2014

bahaya stress saat hamil

akibatkan stres ibu hamil terhadap janinnya yaitu :



1. Menurut situs medicaldaily.com disebutkan, bahwasannya stres saat hamil akan meningkatkan risiko bayi mengalami alergi kelak. Saat stres, janin akan menyerap hormon kortisol yang diproduksi tubuh ibu yang mengandung. Dan bayi dengan tingkat kortisol tinggi akan lebih cenderung untuk memiliki risiko lebih besar mengidap alergi dibanding bayi dengan tingkat kortisol rendah. 

2. Stres yang menimpa ibu hamil juga akan bisa meningkatkan resiko keguguran (abortus) dibandingkan dengan ibu yang tingkat stressornya lebih rendah dan memiliki sistem pengendalian stres yang lebih baik ketika menghadapi faktor pencetus stres pada ibu hamil. 

Berdasarkan penelitian,stres pada masa kehamilan akan berdampak buruk pada janinnya. ,keguguran bila stres terjadi pada usia kehamilan di triwulan pertama, atau keterlambatan pertumbuhan janin dalam rahim dan prematur atau lahir dengan janin kurang bulan bila terjdai pada trimester kedua dan ketiga.

3. Sistem kekebalan tubuh bayi akan berkurang. Hal ini berdasarkan akan Jurnal Brain, Behaviour, and Immunity, bahwa ibu hamil yang sering mengalami cemas berlebihan dan stres bisa melemahkan sistem kekebalan bayi ketika berusia enam bulan. 

Untuk itulah diperlukan juga cara tips mengatasi stres ibu hamil. Beberapa cara yang bisa dilakukan oleh para ibu hamil dalam mengendalikan dan juga menurunkan kadar stressor pada dirinya yaitu dengan :
  1. Menjaga pola makan dan pola hidup sehat selama masa kehamilan. Dan banyak mengkonsumsi makanan sehat untuk ibu hamil.
  2. Menjalani masa kehamilan dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Bersyukur bahwasannya banyak juga wanita yang sulit hamil dan mendapatkan keturunan sehingga melakukan banyak cara tips cepat hamil yang dilakukannya demi memperoleh kehamilan. alani masa-masa kehamilannya dengan kebahagiaan ketika nantinya sang janin lahir dan menjadi buah hati dan buah cinta suami istri.
  3. Mengetahui akan penyebab stres ibu hamil dan mencari solusi terbaik dalam rangka menghindari stres ibu hamil dengan baik. Stres merupakan bentuk dari kekhawatiran dan kecemasan. Tidak ada yang bisa menebak suasana hati seseorang. Oleh karena itu, dengarkan sinyal yang keluar dari tubuh Anda jika terjadi perubahan mood dan istirahat yang cukup.
  4. Dukungan suami dan juga support keluarga dalam menjalankan masa sembilan bulan mengandung akan sangat memberikan nilai yang sangat bermakna bagi sang istri. Dan bisa merupakan salah satu cara dalam rangka mengatasi stres emosional dalam kehamilan juga. Dan sebagai cara juga dalam persiapan menjelang proses kelahiran sang bayi juga.
  5. Relaksasi. Tidak ada salahnya jika para ibu hamil juga mempelajari beberapa teknik relaksasi mengatasi stres. Cara ini mungkin akan sedikit membantu ibu-ibu yang sedang mengandung untuk tidur lebih baik dan menghilangkan stres yang berhubungan dengan rasa sakit fisik seperti sakit perut dan sakit kepala. Ketika stres menyerang, tubuh seseorang akan mengalami perubahan hormonal. Rileks dan olahraga adalah merupakan bagian dari tips mengurangi stres pada masa kehamilan
- See more at: http://cardiacku.blogspot.com/2013/07/bahaya-stres-ibu-hamil-pada-janin.html#sthash.LAblAPdD.dpuf

Jumat, 01 November 2013

Bounding Attachment


Bounding Attachment


" SAYANGILAH BUAH HATI ANDA"
Karna Sebuah Ksih Sayang akan Mempengaruhi Pribadi nya :)

Pengertian Bounding Attachment

  1. Klause dan Kennel (1983): interaksi orang tua dan bayisecara nyata, baik fisikemosi, maupun sensori pada beberapa menit dan jam pertama segera bayi setelah lahir.
  2. Nelson (1986), bounding: dimulainya interaksi emosisensorik fisik antara orang tua dan bayi segera setelah lahir,attachmentikatan yang terjalin antara individu yang meliputi pencurahan perhatian; yaitu hubungan emosi danfisik yang akrab.
  3. Saxton dan Pelikan (1996), bounding: adalah suatu langkah untuk mengunkapkan perasaan afeksi (kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir; attachment: adalah interaksiantara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu.
  4. Bennet dan Brown (1999), bounding:  terjadinya hubungan antara orang tua dan bayi sejak awal kehidupan, attachment: pencurahan kasih sayang di antara individu.
  5. Brozeton (dalam Bobak, 1995): permulaan saling mengikat antara orang-orang seperti antaraorang tua dan anak pada pertemuan pertama.
  6. Parmi (2000): suatu usaha untuk memberikan kasih sayang dan suatu proses yang saling merespon antara orang tua dan bayi lahir.
  7. Perry (2002), boundingproses pembentukan attachment atau membangun ikatan;attachment: suatu ikatan khusus yang dikarakteristikkan dengan kualitas-kualitas yang terbentuk dalam hubungan orang tua dan bayi.
  8. Subroto (cit Lestari, 2002): sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orang tua dan bayi.
  9. Maternal dan Neonatal Health: adalah kontak dini secara langsung antara ibu dan bayi setelahproses persalinan, dimulai pada kala III sampai dengan post partum.
  10. Harfiah, boundingikatanattachmentsentuhan.

Tahap-Tahap Bounding Attachment

  1. Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh, erbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.
  2. Bounding (keterikatan)
  3. Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu dengan individu lain.
Menurut Klaus, Kenell (1982), bagian penting dari ikatan ialah perkenalan.

Elemen-Elemen Bounding Attachment

  1. Sentuhan – Sentuhan, atau indera peraba, dipakai secara ekstensif oleh orang tua dan pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir dengan cara mengeksplorasitubuh bayi dengan ujung jarinya.
  2. Kontak mata – Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan kontak mata,orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang. Beberapa ibu mengatakan, dengan melakukan kontak mata mereka merasa lebih dekat dengan bayinya (Klaus, Kennell, 1982).
  3. Suara – Saling mendengar dan merespon suara anata orang tua dan bayinya juga penting.Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya dengan tegang.
  4. Aroma – Ibu mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang unik (Porter, Cernoch, Perry, 1983). Sedangkan bayi belajar dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibunya (Stainto, 1985).
  5. Entrainment – Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orangdewasa. Mereka menggoyang tangan, mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki, seperti sedang berdansa mengikuti nada suara orang tuanya. Entrainment terjadi saat anak mulaiberbicara. Irama ini berfungsi memberi umpan balik positif kepada orang tua dan menegakkan suatu pola komunikasi efektif yang positif.
  6. Bioritme – Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat dikatakan senada dengan ritme alamiah ibunya. Untuk itu, salah satu tugas bayi baru lahir ialah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsif. Hal ini dapat meningkatkan interaksi sosial dan kesempatan bayi untuk belajar.
  7. Kontak dini – Saat ini , tidak ada bukti-bukti alamiah yang menunjukkan bahwa kontak dini setelah lahir merupakan hal yang penting untuk hubungan orang tuaanak.
Namun menurut Klaus, Kennel (1982), ada beberapa keuntungan fisiologis yang dapat diperoleh dari kontak dini :
  1. Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat.
  2. Reflek menghisap dilakukan dini.
  3. Pembentukkan kekebalan aktif dimulai.
  4. Mempercepat proses ikatan antara orang tua dan anak (body warmth (kehangatan tubuh); waktu pemberian kasih sayang; stimulasi hormonal).

Prinsip-Prinsip dan Upaya Meningkatkan Bounding Attachment

  1. Dilakukan segera (menit pertama jam pertama).
  2. Sentuhan orang tua pertama kali.
  3. Adanya ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan orang tua ke anak.
  4. Kesehatan emosional orang tua.
  5. Terlibat pemberian dukungan dalam proses persalinan.
  6. Persiapan PNC sebelumnya.
  7. Adaptasi.
  8. Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk merawat anak.
  9. Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi kehangatan pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta memberi rasa nyaman.
  10. Fasilitas untuk kontak lebih lama.
  11. Penekanan pada hal-hal positif.
  12. Perawat maternitas khusus (bidan).
  13. Libatkan anggota keluarga lainnya/dukungan sosial dari keluarga, teman dan pasangan.
  14. Informasi bertahap mengenai bounding attachment.

Keuntungan Bounding Attachment

  1. Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap sosial.
  2. Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi.

Hambatan Bounding Attachment

  1. Kurangnya support sistem.
  2. Ibu dengan resiko (ibu sakit).
  3. Bayi dengan resiko (bayi prematurbayi sakitbayi dengan cacat fisik).
  4. Kehadiran bayi yang tidak diinginkan.

Referensi

Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 63-65)
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC. (hlm: 54-55). books.google.co.id/books?id=ZkPup-5Ozy8C&pg=PA54&lpg=PA54&dq=pengertian+bounding+attachment&source=….
Desty, dkk. 2009. Respon Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir. Akademi Kebidanan Mamba’ul ‘Ulum Surakarta.
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 64-66).
Telli, L. Bounding Attachment. Diunduh 15 Januari 2010, 10:15 PM. akbidypsdmi.net/download/pdf/asuhan26.pdf
Image, babyphotospictures.com

7 tanda bahaya dalam kehamilan



Kenali 7 Tanda Bahaya Dalam Kehamilan





Banyak kemajuan di bidang sains dan teknologi yang sangat membantu menentukan deteksi dini adanya penyulit dalam kehamilan dan  proses persalinan. Berkaitan dengan hal itu, para petugas kesehatan juga terus menerus berupaya menyebarluaskan beberapa informasi kesehatan yang berkaitan langsung dengan upaya penurunan angka kematian ibu di Indonesia baik ibu hamil maupun ibu bersalin.

Hal ini didukung dengan adanya  komitmen bersama  tentang tujuan Pembangunan Milenium ( Milenium Development Goals/ MDGs ) pada tahun 2015, mengenai dua  sasaran dan indikator yang secara khusus terkait dengan kesehatan ibu dan anak yakni mengurangi angka kematian ibu dan bayi.

Agar dapat mewujudkan cita cita tersebut tentu perlu dukungan dari seluruh anggota keluarga, saya berusaha membagikan beberapa informasi yang berkaitan dengan "Pengenalan tanda bahaya pada ibu hamil" melalui  tulisan yang tersaji  kali ini, semoga dapat dibagikan pada teman kerja, tetangga dan sahabat para ibu yang sedang hamil.

Pada keadaan yang bagaimana saja ibu hamil perlu mendapat kewaspadaan dan termasuk salah satu tanda bahaya ?

1. Ibu hamil mengalami perdarahan atau mengeluarkan bercak darah terus menerus dari jalan lahir.

Pada masa hamil muda, keadaan ini dapat menimbulkan bahaya keguguran pada janin dalam kandungan. Pada usia kehamilan yang lanjut mendekati cukup bulan, bila tiba tiba mengalami keluar  darah merah segar maupun gumpal kehitaman dari jalan lahir kemungkinan besar berasal dari ari-ari atau plasenta yang terlepas sebagian sebelum bayi lahir. Pada kondisi ini  sebaiknya  ibu hamil segera di bawa ke tempat pelayanan kesehatan.

Saran: Pada saat mengalami perdarahan seorang ibu hamil harus segera tirah baring agar perdarahan tidak semakin banyak. Bila perdarahan cukup banyak hingga menembus kain atau pakaian dan tempat pelayanan kesehatan jauh sebaiknya selama perjalanan menuju ke rumah sakit posisikan kedua kaki lebih tinggi dengan di ganjal bantal. Kepala dibaringkan datar sejajar tubuh. Beri minum manis pada ibu hamil yang mengalami perdarahan. Jangan memaksakan diri menuju rumah sakit yang jauh, segera menuju di tempat pelayanan kesehatan yang ditemukan dalam  perjalanan agar mendapat tindakan pertolongan penambahan cairan dan upaya penghentian perdarahan. Keterlambatan penanganan sering terjadi karena keluarga berusaha menuju rumah sakit yang jauh tanpa adanya tindakan darurat dari tenaga kesehatan terdekat.

2. Bengkak di tangan, kaki dan wajah.

Memasuki masa kehamilan beberapa perubahan tubuh pada ibu hamil antara lain adalah kenaikan berat badan  dan sedikit pembengkakan pada bagian tubuh seperti tangan, kaki dan wajah. Namun waspada bila terjadi pembengkakan pada bagian tubuh tersebut dan diikuti dengan nyeri tengkuk, nyeri ulu hati dan pusing kepala bahkan kejang - kejang mendadak  dan disertai pertambahan berat badan  berlebihan selama hamil  juga perlu diwaspadai.Semua tanda tersebut mengarah pada keadaan keracunan kehamilan atau disebut dengan preeklampsia dan eklampsia bila kejang.

Saran: Untuk mengetahui pembengkakan yang tidak normal antara lain dengan menekan pada daerah tungkai kaki yang bengkak, bila bagian yang ditekan tampak cekung dan tidak segera kembali seperti semula berarti terdapat penumpukan cairan. Untuk ibu hamil yang mengalami kenaikan tekanan darah selama kehamlan seringkali diikuti dengan pembengkakan pada anggota tubuh kaki , bila sudah mendapat perawatan dan pengobatan sebaiknya ibu hamil sering sering mengganjal kedua kaki lebih tinggi dari tubuh agar memperlancar aliran darah dan mencegah penumpukan cairan berlebihan di area kaki. Hindari penggunaan pakaian yang ketat selama hamil. Ibu hamil dengan kondisi bengkak, pusing kepala, nyeri tengkuk dan ulu hati , mata berkunang kunang wajib segera memeriksakan diri ke bidan dan tenaga kesehatan terdekat.

3. Demam tinggi

Ibu hamil dalam usia kehamilan berapapun bila mengalami panas  atau demam tinggi perlu segera dibawa kepada tenaga kesehatan atau pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pertolongan. Keterlambatan penanganan dapat menimbulkan bahaya bagi ibu akibat infeksi. Selain itu, bayi berpotensi mengalami keguguran dan terlahir prematur bahkan kematian bayi dalam kandungan.

Saran  : Ibu hamil dengan panas tinggi tidak dianjurkan untuk minum obat penurun panas tanpa ada pemeriksaan dari tenaga kesehatan. Selama mengalami demam ibu hamil minum air putih yang cukup agar tidak terjadi kekurangan cairan tubuh. Bila sudah mendapat pengobatan, sebaiknya ibu hamil istirahat  tirah baring di atas tempat tidur hingga suhu tubuh kembali normal .

4. Keluar air ketuban

Bagi ibu hamil dalam usia kehamilan berapapun bila mengalami ada cairan keluar dari jalan lahir, baik itu merembes maupun mengalir, segera menuju ke tempat pelayanan kesehatan untuk memastikan apakah ibu mengalami pecah ketuban. Jangan lupa perhatikan warna air ketuban atau perembesan air ketuban. Beritahukan pada bidan saat memeriksa misalnya banyaknya air ketuban hingga membasahi sprei atau berapa kali ganti pembalut, warna dan baunya.

Saran: Jangan menunda untuk memeriksakan diri karena air ketuban semakin berkurang dan bisa kering.  Berisiko bayi mengalami infeksi dalam kandungan. Terutama bila air ketuban yang keluar berwarna kuning kental atau kehijauan bau, ibu hamil wajib segera datang kepada tenaga kesehatan terdekat. Bila terasa ada perembesan air ketuban atau ada cairan ketuban mengalir dari jalan lahir  sebaiknya ibu hamil segera di bawa ke bidan atau dokter dan posisikan duduk atau bila air ketuban mengalir deras upayakan  berbaring selama perjalanan agar tidak semakin banyak cairan yang keluar.

5. Gerakan bayi berkurang atau tidak bergerak sama-sekali.

Bagi ibu hamil penting memantau gerak bayi dalam kandungan. Pada kehamilan yang masih muda memang belum dapat dirasakan. Pada umumnya, memasuki kehamilan lima bulan, ibu hamil semakin sering meraskan gerakan gerakan janin dalam kandungan. Bila dalam keadaan terjaga, diharapkan seorang ibu hamil bisa merasakan gerakan janin  kurang lebih sepuluh kali dalam 12 jam. Bila ibu tidak merasakan gerakan janin sebaiknya segera menuju ke tempat pelayanan kesehatan agar tidak terlambat dan terjadi kematian janin dalam kandungan.

Saran: Ibu hamil bisa mempraktikkan menghitung gerakan janin ini misalnya dengan menulis di kertas saat sambil bekerja, misalnya dengan membuat tulisan dengan sepuluh huruf : “ S A Y A N G    B A Y I “  bila setiap merasakan bayi bergerak, segera ibu menulis satu huruf saja maka selama bekerja di kantor atau saat di rumah. bila sudah terangkai kalimat sayang bayi berarti sudah aman. Atau bila ibu rumah tangga bisa dengan menggunakan koin uang logam, saat bayi bergerak tandai dengan koin uang logam yang dikumpulkan dalam wadah kecil, bila sudah terkumpul sepuluh koin berarti bayi aman. Namun demikian perlu tetap diwaspadai bila bayi tiba tiba berhenti bergerak sama sekali setelah gesit bergerak terus menerus tanpa henti. Pada beberapa kasus bayi dengan lilitan tali pusat seringkali janin dalam kandungan setelah bergerak lincah, tiba-tiba bayi tidak bergerak sama sekali .

Untuk merangsang gerak bayi  sehari hari bisa dilakukan antara lain  ibu coba berbaring miring ke satu sisi tubuh ke arah kiri dan usap perlahan perut ibu, ajak bayi berkomunikasi sambil ibu relaksasi dan menarik nafas panjang.

6. Ibu muntah terus menerus dan tak bisa makan sama sekali

Pada kehamilan, ada perubahan hormon tubuh yang berguna untuk mempertahankan  pertumbuhan dan menjaga kehamilan. Namun pada beberapa ibu hamil hal ini dapat mengakibatkan muntah berlebihan bahkan hingga kesadaaran menurun akibat kekurangan cairan dan zat makanan. Keadaan ini sangat membahayakan kondisi ibu dan janin dalam kandungan

Saran : Segera membawa ibu hamil yang mengalami muntah berlebihan dan tidak bisa makan atau minum, ataupun dalam keadaan setelah makan dan minum ibu hamil langsung muntah lagi dan terdapat demam. Bila dalam pemeriksaaan ternyata  ibu hamil disarankan untuk perawatan di rumah sakit dan dibantu dengan penambahan cairan  makanan melalui infus maka hendaknya ada dukungan dari keluarga. Keluarga bisa membantu mengamati tanda - tanda ibu hamil kekurangan cairan tubuh antara lain bibir kering dan pecah pecah, nafas bau, kulit kekenyalan menurun saat dicubit, keriput tidak segera kembali, mata tampak cekung dan peningkatan suhu tubuh.

7. Ibu mengalami cedera atau trauma pada daerah perut.

Keadaan cedera tersebut bisa diakibatkan kecelakaan, terjatuh maupun akibat tindakan kekerasan misalnya dipukul atau ditendang daerah perut. Keadaan seperti ini dapat berakibat ibu mengalami perdarahan, keguguran dan gangguan pertumbuhan dalam rahim.

Saran :
 Bila melihat ibu hamil mengalami  benturan pada perut atau terjatuh karena kecelakaan di lalulintas walaupun tidak terluka sebaiknya  segera membawa ibu hamil kepada petugas kesehatan maupun pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapat pemeriksaan. Ibu hamil dengan tindakan kekerasan fisik hingga saat ini masih ditemukan.Perlu adanya kerjasama dari lingkungan masyarakat untuk menyadarkan pentingnya menjaga keselamatan dan menyayangi ibu hamil.

Semoga bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat dalam membantu meningkatkan kewaspadaan terhadap tanda bahaya pada ibu hamil dan semakin menyayangi para ibu hamil dengan memberi perhatian khusus mulai dari hal - hal sederhana, misalnya tidak merokok di depan ibu hamil, memberi keempatan duduk pada ibu hamil yang berdiri di bus kota atau kereta api, segera membantu mengantarkan ibu hamil ke petugas kesehatan bila menemukan keadaan ibu hamil dalam tanda bahaya, memberi dukungan mental pada ibu hamil dan sebagainya.

hati-hati ya buat bunda yang lagi hamil,,, semoga kehamilan nya sehat-sehat saja :)

Jumat, 11 Oktober 2013

Dysfunctional uterine bleeding (DUP)


Dysfunctional uterine bleeding (DUP) atau perdarahan uterus disfungsional

Pengertian
Dysfunctional uterine bleeding (DUP) atau perdarahan uterus disfungsional adalah perdarahan abnormal yang dapat terjadi di dalam siklus maupun di luar siklus menstruasi, karena gangguan fungsi mekanisme pengaturan hormon (hipotalamushipofisis-ovarium-endometrium), tanpa kelainan organ. Perdarahan ini juga didefinisikan sebagai menstruasi yang banyak dan / atau tidak teratur tanpa adanya patologi pelvik yang diketahui, kehamilan atau gangguan perdarahan umum.

Siklus Menstruasi Normal
Menstruasi normal terjadi akibat turunnya kadar progesteron dari endometrium yang kaya esterogen. Siklus menstruasi yang menimbulkan ovulasi disebabkan interaksi kompleks antara berbagai organ. Disfungsi pada tingkat manapun dapat mengganggu ovulasi dan siklus menstruasi. Siklus menstruasi normal terjadi setiap 21-35 hari dan berlangsung sekitar 2-7 hari. Pada saat menstruasi, jumlah darah yang hilang diperkirakan 35-150 ml, biasanya berjumlah banyak hingga hari kedua dan selanjutnya berkurang sampai menstruasi berakhir.

Patogenesis
Secara garis besar, kondisi di atas dapat terjadi pada siklus ovulasi (pengeluaran sel telur/ovum dari indung telur), tanpa ovulasi maupun keadaan lain, misalnya pada wanita premenopause (folikel persisten).

Sekitar 90% perdarahan uterus difungsional (perdarahan rahim) terjadi tanpa ovulasi (anovulation) dan 10% terjadi dalam siklus ovulasi.


Pada siklus ovulasi.

Perdarahan rahim yang bisa terjadi pada pertengahan menstruasi maupun bersamaan dengan waktu menstruasi. Perdarahan ini terjadi karena rendahnya kadar hormon estrogen, sementara hormon progesteron tetap terbentuk.

Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation)

Perdarahan rahim yang sering terjadi pada masa pre-menopause dan masa reproduksi. Hal ini karena tidak terjadi ovulasi, sehingga kadar hormon estrogen berlebihan sedangkan hormon progesteron rendah. Akibatnya dinding rahim (endometrium) mengalami penebalan berlebihan (hiperplasi) tanpa diikuti penyangga (kaya pembuluh darah dan kelenjar) yang memadai. Nah, kondisi inilah penyebab terjadinya perdarahan rahim karena dinding rahim yang rapuh. Di lain pihak, perdarahan tidak terjadi bersamaan. Permukaan dinding rahim di satu bagian baru sembuh lantas diikuti perdarahan di permukaan lainnya. Jadilah perdarahan rahim berkepanjangan.

Gejala Klinik
Perdarahan rahim yang dapat terjadi tiap saat dalam siklus menstruasi. Jumlah perdarahan bisa sedikit-sedikit dan terus menerus atau banyak dan berulang. Kejadian tersering pada menarche (atau menarke: masa awal seorang wanita mengalami menstruasi) atau masa pre-menopause.

Pada siklus ovulasi

Karakteristik DUB bervariasi, mulai dari perdarahan banyak tapi jarang, hingga spotting atau perdarahan yang terus menerus. Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10% dari perdarahan disfungsionalndengan siklus pendek (polimenorea) atau panjang (oligomenorea). Untuk menegakan diagnosis perlu dilakukan kerokan pada masa mendekati haid. Jika karena perdarahan yang lama dan tidak teratur sehingga siklus haid tidal lagi dikenali maka kadang-kadang bentuk kurve suhu badan basal dapat menolong. Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan berasal dari endometrium tipe sekresi tanpa ada sebab organik, maka harus dipikirkan sebagai etiologi :
1. korpus luteum persistens : dalam hal ini dijumpai perdarahan kadang kadang bersamaan dengan ovarium membesar. Dapat juga menyebabkan pelepasan endometrium tidak teratur.
2. Insufisiensi korpus luteum dapat menyebabkan premenstrual spotting, menoragia atau polimenorea. Dasarnya ialah kurangnya produksi progesteron disebabkan oleh gangguan LH releasing faktor. Diagnosis dibuat, apabila hasil biopsi endometrial dalam fase luteal tidak cocok dengan gambaran endometrium yang seharusnya didapat pada hari siklus yang bersangkutan.
3. Apopleksia uteri: pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya pembuluh darah dalam uterus
4. Kelainan darah seperti anemia, purpura trombositopenik dan gangguan dalam mekanisme pembekuan darah.



Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation)
Perdarahan tidak terjadi bersamaan. Permukaan dinding rahim di satu bagian baru sembuh lantas diikuti perdarahan di permukaan lainnya. Jadilah perdarahan rahim berkepanjangan. 2Pada tipe ini berhubungan dengan fluktuasi kadar estrogen dan jumlah folikel yang pada suatu waktu fungsional aktif. Folikel-folike ini mengeluarkan estrogen sebelum mengalami atresia dan kemudian diganti oelh folikel-folikel baru . Endometrium dibawah pengaruh estrogen akan tumbuh terus, dan dari endometrium yang mula-mula proliperatif dapat terjadi endometrium hiperplastik kistik. Jika gambaran ini diperoleh pada saat kerokan dapat diambil kesimpulan bahwa perdarahan bersifat anovulatoar. Biasanya perdarahan disfungsional ini terjadi pada masa pubertas dan masa pramenopause. Pada masa pubertas terjadi sesudah menarche, perdarahan tidak normal disebabkan oleh gangguan atau terlambatnya proses maturasi pada hipotalamus, dengan akibat bahwa pembuatan Releasing factor dan hormon gonadotropin tidak sempurna. Pada wanita dalam masa pramenopause proses terhentinya fungsi ovarium tidak selalu berjalan lancar.
Bila pada masa pubertas kemungkinan keganasan kecil sekali dan ada harapan bahwa lambat laun keadaan menjadi normal dan siklus haid menjadi ovulatoar. Sedangkan pada wanita dewasa dan terutama dalam masa pramenopause dengan perdarahan tidak teratur mutlak diperlukan kerokan untuk menentukan ada tidaknya tumor ganas.

Faktor Penyebab
Hingga saat ini penyebab pasti perdarahan rahim disfungsional (DUB) belum diketahui secara pasti. Beberapa kondisi yang dikaitkan dengan perdarahan rahim disfungsional, antara lain :
• Kegemukan (obesitas)
• Faktor kejiwaan
• Alat kontrasepsi hormonal
• Alat kontrasepsi dalam rahim (intra uterine devices)
• Beberapa penyakit dihubungkan dengan perdarahan rahim (DUB), misalnya: trombositopenia (kekurangan trombosit atau faktor pembekuan darah), Kencing Manis (diabetus mellitus), dan lain-lain
• Walaupun jarang, perdarahan rahim dapat terjadi karena: tumor organ reproduksi, kista ovarium (polycystic ovary disease), infeksi vagina, dan lain lain.

Diagnosis
Anamnesis dan pemeriksaan klinis yang lengkap harus dilakukan dalam pemeriksaan pasien. Jika anamnesis dan pemeriksaan fisik menunjukkan adanya penyakit sistemik, maka penyelidikan lebih jauh mungkin diperlukan. Abnormalitas pada pemeriksaan pelvis harus diperiksa dengan USG dan laparoskopi jika diperlukan. Perdarahan siklik (reguler) didahului oleh tanda premenstruasi (mastalgia, kenaikan berat badan karena meningkatnya cairan tubuh, perubahan mood, atau kram abdomen ) lebih cenderung bersifat ovulatori. Sedangkan, perdarahan lama yang terjadi dengan interval tidak teratur setelah mengalami amenore berbulan – bulan, kemungkinan bersifat anovulatori. Peningkatan suhu basal tubuh ( 0,3 – 0,6 C ), peningkatan kadar progesteron serum ( > 3 ng/ ml ) dan atau perubahan sekretorik pada endometrium yang terlihat pada biopsi yang dilakukan saat onset perdarahan, semuannya merupakan bukti ovulasi. Diagnosis DUB setelah eksklusi penyakit organik traktus genitalia, terkadang menimbulkan kesulitan karena tergantung pada apa yang dianggap sebagai penyakit organik, dan tergantung pada sejauh mana penyelidikan dilakukan untuk menyingkirkan penyakit traktus genitalia. Pasien berusia dibawah 40 tahun memiliki resiko yang sangat rendah mengalami karsinoma endometrium, jadi pemeriksaan patologi endometrium tidaklah merupakan keharusan. Pengobatan medis dapat digunakan sebagai pengobatan lini pertama dimana penyelidikan secara invasif dilakukan hanya jika simptom menetap. Resiko karsinoma endometerium pada pasien DUB perimenopause adalah sekitar 1 persen. Jadi, pengambilan sampel endometrium penting dilakukan.

Pemeriksaan penunjang:
1. Pemeriksaan darah : Hemoglobin, uji fungsi thiroid , dan kadar HCG, FSH, LH, Prolaktin dan androgen serum jika ada indikasi atau skrining gangguan perdarahan jika ada tampilan yang mengarah kesana.
2. Deteksi patologi endometrium melalui (a) dilatasi dan kuretase dan (b) histeroskopi. Wanita tua dengan gangguan menstruasi, wanita muda dengan perdarahan tidak teratur atau wanita muda ( < 40 tahun ) yang gagal berespon terhadap pengobatan harus menjalani sejumlah pemeriksaan endometrium. Penyakit organik traktus genitalia mungkin terlewatkan bahkan saat kuretase. Maka penting untuk melakukan kuretase ulang dan investigasi lain yang sesuai pada seluruh kasus perdarahan uterus abnormal berulang atau berat. Pada wanita yang memerlukan investigasi, histeroskopi lebih sensitif dibandingkan dilatasi dan kuretase dalam mendeteksi abnormalitas endometrium.
3. Laparoskopi : Laparoskopi bermanfaat pada wanita yang tidak berhasil dalam uji coba terapeutik.

Pengobatan

Setelah menegakkan diagnosa dan setelah menyingkirkan berbagai kemungkinan kelainan organ, teryata tidak ditemukan penyakit lainnya, maka langkah selanjutnya adalah melakukan prinsip-prinsip pengobatan sebagai berikut:
1. Menghentikan perdarahan.
2. Mengatur menstruasi agar kembali normal
3. Transfusi jika kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 8 gr%.

Menghentikan perdarahan.
Langkah-langkah upaya menghentikan perdarahan adalah sebagai berikut:
Kuret (curettage). Hanya untuk wanita yang sudah menikah. Tidak bagi gadis dan tidak bagi wanita menikah tapi “belum sempat berhubungan intim”. O b a t (medikamentosa)

1. Golongan estrogen.
Pada umumnya dipakai estrogen alamiah, misalnya: estradiol valerat (nama generik) yang relatif menguntungkan karena tidak membebani kinerja liver dan tidak menimbulkan gangguan pembekuan darah. Jenis lain, misalnya: etinil estradiol, tapi obat ini dapat menimbulkan gangguan fungsi liver.
Dosis dan cara pemberian:
• • Estrogen konyugasi (estradiol valerat): 2,5 mg diminum selama 7-10 hari.
• • Benzoas estradiol: 20 mg disuntikkan intramuskuler. (melalui bokong)
• • Jika perdarahannya banyak, dianjurkan nginap di RS (opname), dan diberikan Estrogen konyugasi (estradiol valerat): 25 mg secara intravenus (suntikan lewat selang infus) perlahan-lahan (10-15 menit), dapat diulang tiap 3-4 jam. Tidak boleh lebih 4 kali sehari. Estrogen intravena dosis tinggi ( estrogen konjugasi 25 mg setiap 4 jam sampai perdarahan berhenti ) akan mengontrol secara akut melalui perbaikan proliferatif endometrium dan melalui efek langsung terhadap koagulasi, termasuk peningkatan fibrinogen dan agregasi trombosit. Terapi estrogen bermanfaat menghentikan perdarahan khususnya pada kasus endometerium atrofik atau inadekuat. Estrogen juga diindikasikan pada kasus DUB sekunder akibat depot progestogen ( Depo Provera ). Keberatan terapi ini ialah bahwa setelah suntikan dihentikan, perdarahan timbul lagi.

2.Obat Kombinasi
Terapi siklik merupakan terapi yang paling banyak digunakan dan paling efektif. Pengobatan medis ditujukan pada pasien dengan perdarahan yang banyak atau perdarahan yang terjadi setelah beberapa bulan amenore. Cara terbaik adalah memberikan kontrasepsi oral ; obat ini dapat dihentikan setelah 3 – 6 bulan dan dilakukan observasi untuk melihat apakah telah timbul pola menstruasi yang normal. Banyak pasien yang mengalami anovulasi kronik dan pengobatan berkelanjutan diperlukan. Paparan estrogen kronik dapat menimbulkan endometrium yang berdarah banyak selama penarikan progestin . Speroff menganjurkan pengobatan dengan menggunakan kombinasi kontrasepsi oral dengan regimen menurun secara bertahap.
Dua hingga empat pil diberikan setiap hari setiap enam hingga duabelas jam , selama 5 sampai 7 hari untuk mengontrol perdarahan akut. Formula ini biasanya mengontrol perdarahan akut dalam 24 hingga 48 jam ; penghentian obat akan menimbulkan perdarahan berat. Pada hari ke 5 perdarahan ini, mulai diberikan kontrasepsi oral siklik dosis rendah dan diulangi selama 3 siklus agar terjadi regresi teratur endometrium yang berproliferasi berlebihan. Cara lain, dosis pil kombinasi dapat diturunkan bertahap ( 4 kali sehari, kemudian 3 kali sehari, kemudian 2 kali sehari ) selama 3 hingga 6 hari, dan kemudian dilanjutkan sekali setiap hari. Kombinasi kontrasepsi oral menginduksi atrofi endometrium, karena paparan estrogen progestin kronik akan menekan gonadotropin pituitari dan menghambat steroidogenesis endogen. Kombinasi ini berguna untuk tatalaksana DUB jangka panjang pada pasien tanpa kontraindikasi dengan manfaat tambahan yaitu mencegah kehamilan. Khususnya untuk pasien perimenarche, perdarahan berat yang lama dapat mengelupaskan endometrium basal, sehingga tidak responsif terhadap progestin. Kuretase untuk mengontrol perdarahan dikontraindikasikan karena tingginya resiko terjadinya sinekia intrauterin ( sindroma Asherman ) jika endometrium basal dikuret. OC aman pada wanita hingga usia 40 dan diatasnya yang tidak obes, tidak merokok, dan tidak hipertensi.

3. Golongan progesterone
Pertimbangan di sini ialah bahwa sebagian besar perdarahan fungsional bersifat anovulatoar, sehingga pemberian obat progesterone mengimbangi pengaruh estrogen terhadap endometrium. Obat untuk jenis ini, antara lain:
• • Medroksi progesteron asetat (MPA): 10-20 mg per hari, diminum selama 7 10 hari.
• • Norethisteron: 3×1 tablet, diminum selama 7-10 hari.
• • Kaproas hidroksi-progesteron 125 mg secara intramuskular




4. OAINS

Menorragia dapat dikurangi dengan obat anti inflamasi non steroid. Fraser dan Shearman membuktikan bahwa OAINS paling efektif jika diberikan selama 7 hingga 10 hari sebelum onset menstruasi yang diharapkan pada pasien DUB ovulatori, tetapi umumnya dimulai pada onset menstruasi dan dilanjutkan selama espisode perdarahan dan berhasil baik. Obat ini mengurangi kehilangan darah selama menstruasi ( mensturual blood loss / MBL ) dan manfaatnya paling besar pada DUB ovulatori dimana jumlah pelepasan prostanoid paling tinggi.2

Mengatur menstruasi agar kembali normal
Setelah perdarahan berhenti, langkah selanjutnya adalah pengobatan untuk mengatur siklus menstruasi, misalnya dengan pemberian: Golongan progesteron: 2×1 tablet diminum selama 10 hari. Minum obat dimulai pada hari ke 14-15 menstruasi.

Transfusi jika kadar hemoglobin kurang dari 8 gr%.
Terapi yang ini diharuskan pasiennya untuk menginap di Rumah Sakit atau klinik. Sekantong darah (250 cc) diperkirakan dapat menaikkan kadar hemoglobin (Hb) 0,75 gr%. Ini berarti, jika kadar Hb ingin dinaikkan menjadi 10 gr% maka kira-kira perlu sekitar 4 kantong darah



2.8 Prognosis
Hasil pengobatan bergantung kepada proses perjalanan penyakit (patofisiologi)
• Penegakan diagnosa yang tepat dan regulasi hormonal secara dini dapat memberikan angka kesembuhan hingga 90 %.
• Pada wanita muda, yang sebagian besar terjadi dalam siklus anovulasi, dapat diobati dengan hasil baik.